MemBanting Menjadi Bintang ( Silang Sengkarut Dunia Fotografi Indonesia)
Dedy Irvandy - Public Relation - 0 Comments
Tetapi ada hal yang khas pada jaman celluloid, yaitu bahwa tidak semua orang memahami apalagi melakukan praktek fotografi. Para pengguna jasa fotografi [komersil maupun pribadi] mengakui tingkat kepekaan dan kesulitan fotografer hingga perbedaan harga tidak berakibat fatal. Saat itu, fotografer komersil berbeda dengan rekan rekan foto jurnalis yang tergabung dalam organisasi wartawan [PWI] para fotografer professional [komersil] bebas tidak memiliki afiliasi maupun asosiasi. Belum ada langkah untuk melibatkan instansi yang sesungguhnya juga berperan, misalnya terkait jasa dan tenaga pelaku fotografi dalam undang-undang ketenagakerjaan. Selain jumlah pelaku yang dihasilkan oleh dunia pendidikan fotografi pun sudah banyak. Para pengguna jasa fotografi, baik komersil maupun tidak, melihat fotografi tidaklah sama seperti di era sebelumnya. Mereka dapat mengkritisi karya para fotografer, dan tidak lagi menempatkan fotografi sebagai mereka dulu melihat fotografi. Kondisi ini, disertai tidak adanya standar menjadi alasan beberapa kalangan fotografer untuk memasang tarif [rendah] untuk mendapatkan klien dan mendapatkan keuntungan yang kwantitatif. Perbuatan yang sesungguhnya tanpa disadari akan merusak ekosistem seni pada umumnya dan fotografi khususnya, yang susah payah dirintis oleh para pendahulu. Terutama bagi para fotografer dan dunia fotografi itu sendiri. Perbuatan membanting harga seperti ini, selain menjadikan rekan sejawatnya kehilangan pasar, tidak mendidik pengguna jasa, juga secara langsung membuat profesi fotografi dianggap sebagai komoditi. Membanting di ekositem fotografi Di sisi lain, ada juga imbas terkait banting-membanting harga jasa pemotretan ini. Namun berbeda dengan pendekatan saat pendidikan fotografi dimulai, saat media cetak yang sedang pesat berkembang memang membutuhkan fotografer. Maka pendidikan fotografi yang muncul belakangan tidak secara langsung berkaitan dengan kebutuhan dunia kerja. Yudhi Surjoatmodjo, pelaku dan pengamat senior fotografi, saat meilihat jumlah institusi yang melakukan pendidikan fotografi. Mempertanyakan tentang kebutuhan Pendidikan fotografi dengan kebutuhan yang ada, bertanya lugas; sebanyak apakah kebutuhan fotografer di Indonesia? Maka segala konsekwensi yang ada pada dunia praktek fotografi pun hadir. Tidak dipastikannya masa depan para [maha] siswa sebagai fotografer, maka pendidikan fotografi pun dilaksanakan dalam bentuk yang sederhana.
"TUJUH TITIK NOL", CATATAN UNTUK PULIH
Dedy Irvandy - Public Relation - 0 Comments
Bagi saya, foto adalah sarana pencatat waktu dan perekam memori. Foto dapat memberikan gambaran sekilas tentang masa lalu hingga tempat yang terlupakan, juga dapat membantu membentuk pemahaman kita tentang budaya, sejarah, dan identitas orang-orang yang muncul di dalamnya. Foto tidak akan pernah membekukan rasa, akan selalu ada emosi baru setiap kita melihatnya. Setidaknya itulah yang ada di benak 22 fotografer mahasiswa Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), saat membukukan peristiwa gempa besar yang melanda Lombok tahun 2018.
Photopreneur Outlook 2023
Dedy Irvandy - Public Relation - 0 Comments
Photopreneur Outlook 2023 kembali hadir untuk kali keempat. Ini merupakan kumpulan pengalaman, pengamatan, dan pemikiran saya yang didapatkan dari interaksi dengan beberapa stakeholder fotografi dan entrepreneurship. Harapannya dapat menjadi pencerah kepada para photopreneur dan pihak terkait lainnya agar entrepreneur fotografi bisa menjadi karir yang menjanjikan dan berkelanjutan. Menjadi profesi yang dihargai, dan tercipta ekosistem pendukung yang baik.
Organisasi Fotografer IPPA, Siapkan Jadwal Meeting Rutin Lewat Aplikasi Zoom
Dibya Pradana - Chief Operating Officer - 0 Comments
“Ya, kami sekarang rapat dan silaturahmi memakai aplikasi Zoom,” ujar Tigor Lubis, fotogfafer senior yang kini aktif sebagai pengurus Organisasi Indonesia Professional Photografer Association (IPPA), yang makin eksis saja.
Kegiatan Workshop Fotografi Dan Pratik Dengan Praktisi IPPA (Indonesia Professional Photographer Association)
Dibya Pradana - Chief Operating Officer - 0 Comments
Menjelang akhir Tahun dan menuju persiapan Ujian Akhisr Semester ganjil 2019/2020, program studi penyiaran Fakultas Komunikasi dan Bahasa Universitas Bina Sarana Informatika melakukan kegiatan Workshop Fotografi dan praktek untuk mempersiapan Pameran Fotografi yang akan diadakan di akhir semester.
Soal Sertifikasi Kompetensi Fotografer, Ini Kata Ketua IPPA
Dibya Pradana - Chief Operating Officer - 0 Comments
Firman mengatakan bahwa ketika berbicara fotografer profesional, ukuran dia adalah ada pada kompetensi yang dimiliki lewat portofolio si fotografer.
Untuk afiliasi silakan